Minggu, 14 April 2013

Nama - Nama Pemeran Dalam Film Death Note Live Action

Nama Pemeran Death Note

• Ken'ichi Matsuyama as L
• Tatsuya Fujiwara as Light Yagami
• Erika Toda as Misa Amane
• Asaka Seto as Naomi Misora
• Shidou Nakamura as Ryuk (voice)
• Shinnosuke Ikehata as Rem (Voice in Death Note: The Last Name)
• Shigeki Hosokawa as Raye Iwamatsu
• Shunji Fujimura as Watari
• Takeshi Kaga as Soichiro Yagami
• Yuu Kashii as Shiori Akino
• Hikari Mitsushima as Sayu Yagami
• Shin Shimizu as Kanzo Mogi
• Matt Lagan as Lind L. Taylor
• Michiko Godai as Sachiko Yagami
• Tatsuhito Okuda as Shuichi Aizawa
• Sota Aoyama as Touta Matsuda
• Ikuji Nakamura as Hirokazu Ukita
• Ruben Chacon as Kevin LeRoy
• Masanori Fujita as Ryotaro Sakajo
• Norman England as FBI Agent
• Takeo Nakahara as Matsubara
• Yoji Tanaka as Sasaki
• Masahiko Tsugawa as Saeki
[edit] English dub voice cast
• Alessandro Juliani as L
• Brad Swaile as Light Yagami
• Shannon Chan-Kent as Misa Amane
• Ashleigh Ball as Shiori Akino
• Christopher Britton as Soichiro Yagami
• Vincent Tong as Touta Matsuda, Takeshi Maruo
• Trevor Devall as Shuichi Aizawa
• John Murphy as Kanzo Mogi
• Jeremy From as Hirokazu Ukita
• Janyse Jaud as Sanami
• Ron Halder as Watari, Matsubara
• Kristie Marsden as Sayu Yagami
• Saffron Henderson as Sachiko Yagami
• Michael Donovan as Ryotaro Sakajo, Takuo's friend
• Brian Drummond as Ryuk
• Ted Cole as Lind L. Tailor, additional voices
• Michael Adamthwaite as Raye Iwamatsu
• Nicole Oliver as Naomi Misora
• Brian Dobson as Kiichiro Osoreda, Katsuya Seta
• Bill Switzer as Sasaki
• Louis Chirillo as Takuo Shibuimaru, Yusuke Hibisawa
• David Kaye as Koreyoshi Kitamura

Jumat, 11 Januari 2013

KISAH PERSAHABATAN TIGA SHINOBI




Shinobi, Itulah sebutan untuk seorang ninja. Dunia Shinobi yang penuh dengan kebencian dan keserakahan membuat orang-orang untuk saling membunuh dan mengobarkan semangat perang. Ya, itu dunia Shinobi, dunia yang sangat menyedihkan. Perang demi perang telah terjadi selama ratusan tahun di dunia Shinobi. Banyak Shinobi-Shinobi yang menginginkan kedamaian, tetapi banyak juga Shinobi-Shinobi yang menentang perdamaian.
            Sampai Suatu zaman, di mana di situ hidup tiga orang anak laki-laki yang masih dalam peperangan, di suatu desa yang bernama Konohagakure yaitu desa yang terkenal dengan keindahan hutannya dan klan-klan terbaik menetap di sana. Mereka yang masih kecil sangat membutuhkan perdamaian dan kasih sayang, tetapi kasih sayang dan kedamaian itu hanyalah sebuah khayalan yang sulit untuk di wujudkan di dunia Shinobi. Arya, seorang anak dari klan Uchiha yang mengisi masa kecilnya dengan kejamnya perang. Juga dua sahabat baiknya, Arkha seorang anak laki-laki yang terlahir dari klan Uzumaki yang sangat populer dengan jutsu penyegelan dan terakhir  seorang anak laki-laki dari klan Akamichi yang terlihat lugu dan konyol tetapi sangat setia dengan persahabatan, dia bernama Prima.
            Sepuluh tahun telah berlalu dimana mereka masing-masing telah menginjak dewasa dan berumur 20 tahun, tapi peperangan belum juga padam. Kekejaman, Penindasan, dan kematian orang-orang yang di sayangi membuatnya sangat membenci peperangan. Mereka hidup dan besar dalam perang membuat mereka tumbuh menjadi sosok laki-laki tangguh dan pemberani. Walaupun berbeda klan mereka bertiga, Uchiha Arya, Uzumaki Arkha dan Akamichi Prima sangat dekat dan bersahabat bahkan mereka mempunyai tujuan dan ambisi yang sama yaitu menciptakan perdamaian.
            Pagi itu cuaca sangat cerah, angin berhembus membawa kesejukan terlihat di atas bukit di bawah pohon yang rindang, Arya sedang berdiam seorang diri, matanya terlihat menunjukan kesedihan sambil melihat tumpukan awan-awan yang indah di langit biru. Tiba-tiba datanglah seorang sahabatnya yang tak lain adalah Arkha. Arkhapun langsung menghampiri Arya. “Arya ada apa denganmu? apa yang terjadi? kelihatannya kau sedih?”. “Tidak, aku hanya mengingat apa yang telah terjadi pada klanku, semua keluarga dan orang-orang yang aku sayangi telah terbunuh oleh perang”. Mendengar jawaban Arya, Arkha menjadi sedih, Arkha teringat pembantaian yang di lakukan klan Senju terhadap klan Uchiha pada perang dunia Shinobi kedua di mana semua klan Uchiha terbunuh oleh klan Senju, dan hanya tersisa Uchiha Arya yang masih hidup. Melihat keadaan Arya yang bersedih, Arkhapun mulai menghibur. “Jangan kau tangisi yang telah terjadi sahabatku, yang berlalu biarkanlah menjadi kenangan dan pelajaran. Sekarang kau tidak sendirian, masih ada aku dan Akamichi Prima yang siap membantumu. Kita bertiga mempunyai tujuan yang sama, tujuan yang hrus kita wujudkan, untuk itu mari kita melihat ke depan, kita wujudkan perdamaian di dunia Shinobi ini karena aku percaya pada kemampuan kita bersama”. Mendengar jawaban yang di lontarkan Arkha, Aryapun tersadar, ibarat langit mendung yang tiba-tiba cerah oleh sinar sang mentari. Sekarang Arya mengerti dan paham betul maksud dari perkataan sahabat dekatnya itu. Akhirnya Arkha mengajak Arya pulang, dan merekapun saling bercanda tawa di perjalanan.
            Keesokan harinya tepat pada pukul tujuh pagi, Arya, Arkha dan Prima bersiap-siap untuk latihan di hutan konoha. Mereka bertiga terlihat sedang sibuk menyiapkan beberapa peralatan seperti Kunai dan Shuriken. Di hari sebelumnya mereka bertiga sering berjalan-jalan di hutan untuk menghirup udara segar. Pada musim semi hutan konoha terlihat sangat indah, rimbun dan hijau. Mereka senang bermain atau latihan di sungai yang mengalir di tepi hutan itu. “Yapz, semua peralatan sudah lengkap, mari kita berangkat”. Ucap Arya. Akhirnya mereka bertigapun berangkat ke hutan untuk latihan.
            Sesampai di hutan kelihatannya Prima sangat lelah dengan perjalanan yang cukup panjang, dan terbaring sejenak melepas lelah. “Ah, begitu saja sudah lelah! Bagaimana nanti kalau latihan? Makanya jangan makan terus pikiranmu”. Ucap Arya sambil bercanda. “iya tu Prima, masa Jalan saja sudah lelah begitu, nanti kalau kita di serang musuh bagaimana? Kan bisa tamat riwayat kita!”. Sambung Arkha. Prima hanya terdiam dan tersenyum mendengar perkataan kedua sahabat dekatnya itu. Dia sadar di antara mereka bertiga, dialah mempunyai Cakra sangat lemah. Tapi dia percaya kedua sahabatnya itu pasti bisa melindunginya.
            Arya dan Arkha terlihat sedang sibuk latihan melempar kunai dan shurikan dengan pohon sebagai objek sasarannya. Dari 100 lemparan Kunai tidak ada satupun yang meleset. Mereka terlihat berbakat dengan latihan itu, sedangkan Prima masih terduduk sejenak melihat kedua sahabatnya latihan. Setelah beristirahat dan merasa bugar, Primapun bergabung bersama Arya dan Arkha untuk latihan. Kali ini latihan Taijutsu dimana Prima sangat kuat dalam hal ini, Karena Cakra Arya dan Arkha sudah sedikit terkuras, maka Prima menghadapi Arya dan Arkha sekaligus. Tendangan dan pukulan sangat cepat di lancarkan Arya dan Arkha pada Prima. Namun, Prima adalah ahlinya Taijutsu sehingga susah bagi Arya dan Arkha untuk menumbangkan Prima sampai akhirnya mereka berdua babak belur. Karena Prima terlihat hebat, akhirnya Arya terpaksa menggunakan Genjutsu untuk menumbangkan Prima. Seketika, Primapun terjerat dalam dunia ilusi arya dimana Arya dengan mudah mengontrol waktu dan penderitaan Prima. Karena tak mampu menahan ilusi yang sangat dahsyat, akhirnya prima mengaku kalah dan menyerah. Arkhapun tertawa melihat prima yang Shock dan ketakutan karena Genjutsu Arya, dan akhirnya Arya melepaskan Genjutsunya pada Prima. “Maafkan aku Prima, aku akui kau sangat hebat dalam hal Taijutsu tapi Genjutsuku lebih hebat”. Ucap Arya. “Kau curang Arya!!! Katanya latihan Taijutsu, kenapa kau menggunakan Genjutsu? Sudah pasti aku akan kalah. Kenapa tidak sekalian Arkha itu di Genjutsu juga biar dia tahu rasa, soalnya dari tadi Arkha terus menertawaiku”. Ucap Prima sedikit kesal. Arkha lalu membalas,” hahahaha Rasakan Genjutsunya Arya!!aku tahu kau pasti akan kalah”. “ya sudah jangan ribut, kemampuan kita belum cukup melindungi desa, tingkatan kita yang masih Chunin masih jauh dari harapan. Suatu saat kita harus keluar dari desa dan mencari guru yang hebat”. Sambung Arya menenangkan Arkha dan Prima. Empat jam telah berlalu, akhirnya latihan hari inipun selesai. Arya, Arkha dan Primapun duduk dan bersantai di tepi sungai  di pinggir hutan sambil menyantap kue Mochi buatan ibu Arka. Mereka terlihat lahap dan senang, sesekali merek bercanda tawa bersama.



            Langit yang cerah tiba-tiba mendung, angin ribut berhembus sangat kencang, terlihat dedaunan terbang melintasi wajah mereka. Seketika petir menyambar bagaikan memecah kesunyian dan hujan turun begitu derasnya. “Ayo cepat…!!! Kita harus berteduh di pohon besar itu”. Teriak Arya. Dengan sigap mereka berlari menuju pohon besar itu. Hujan masih mengguyur dengan derasnya, juga angin bertiup sangat kencang. Mereka bertiga terlihat begitu kedinginn dan menggigil. Arya merasakan ada sesuatu yang aneh dengan keadaan alam itu. “Arkha! Prima! Apakah kalian merasakan sesuatu yang aneh dengan hujan dan angin ribut ini? Padahal tadi cuaca sangat cerah bahkan mustahil hujan bisa terjadi dengan begitu cepat tanpa adanya tanda-tanda hujan”. “Iya, aku dan prima juga merasakan hal yang sama sepertinya ada yang aneh?”. Sambung Arya.
            Setelah 3 jam terjebak dalam guyuran hujan dan juga angin ribut, akhirnya cuacapun tiba-tiba cerah. Terlihat mereka bertiga masih kedinginan dan menggigil, Prima yang tak tahan dengan keadaan itupun langsung mengajak Arya dan Arkha pulang. “Arya, Arkha! Ayo kita pulang…!! Aku sudah tidak tahan, seluruh badanku sudah terasa membeku. Aku juga khawatir dengan orang-orang di desa”. “Iya…! Ayo kita pulang…!”. Jawab Arya dan Arkha tegas.
            Merekapun Pulang dengan berlari dari atas pohon ke pohon lainnya. Mereka begitu cepat bahka lebih cepat dari seekor burung elang. Shingga tidak begitu lama mereka telah tiba di desa konohagakure. Tapi, alangkah terkejutnya mereka bertiga, bak di sambar petir di siang hari. Desa yang di sayangi dan di cintainya, tempat mereka hidup dan besar hancur berantakan. Mayat-mayat Shinobi dan penduduk desa terlihat bergelimpangan, tertindih bangunan yang roboh dan ada juga yang hancur karena tertimpa batu-batu besar. Suara tangisan dan rintihan mengaungi desa konoha sore itu. Anak-anak dan para wanita terlihat mencari keluarga yang kemungkinan masih hidup.
            Arya terlihat berdiam diri, “Tidaaak….!!! Apa yang terjadi????,siapa yang melakukan ini semua???”. Arya menangis dengan begitu derasnya, air matanya mengalir terus menerus membasahi pipinya. “Ibuuu!, Ayah….!”.Primapun menuju rumahnya yang juga hancur berantakan. Sementara Arkha berhasil menemukan keluarganya yang masih utuh, dan hanya luka-luka kecil yang membalut tubuh keluarganya. “Syukurlah kalian semua tidak apa-apa, aku khawatir dengan kalian semua” ucap Arkha dengan nada tersendu-sendu menahan rasa sedih.
            Arya terlihat masih bertekuk lutut, air matanya sesekali mengalir. Matanya bagaikan Singa yang sedang marah, kebencian menyelimuti dirinya. Cakra merahnya keluar dengan deras melalui seluruh tubuhnya. Ternyata mata yang telah lama tertidur akhirnya terbangun juga. Ya, mata Sharingan itu telah aktif. Sharingan adalah mata dari keturunan klan Uchiha yang mempunyai Genjutsu tingkat atas, bahkan kekuatan mata Sharingan sangat di takuti di zaman perang dunia Shinobi kedua. “Tunggu pembalasanku, akan ku habisi semua orang-orang biadab yang menghancurkan desa ini, ku berjanji.” Ucap arya dengan kuasa Sharingan. Aryapun seketika Roboh dan pingsan karena kekuatan Sharingan yang begitu Hebat, bahkan Arya belum bisa mengendalikan kekuatan Sharingan miliknya itu. Arya Pingsan di tengah kehancuran desa dan tak sadarkan diri menjelang pagi.


            Ayam telah berkokok menandakan sang mentari telah bangun dari tidurnya. Arya yang pingsan kemarin mulai terbangun, dia terkejut sudah berada di rumah sakit. Perlahan-lahan Arya membuka matanya, dan melihat di sekelilingnya. Tampak Arkha dan Prima masih tertidur dalam keadaan duduk di samping kirinya, Mungkin karena menjaga Arya semalaman. Tiba2 terdengar suara ketukan pintu dari luar dan akhirnya Arkha dan Primapun terbangun. “Silahkan masuk…” Ucap Arkha dan Prima serentak. Masuklah seorang gadis dengan rambut hitam lurus panjang terurai, kulitnya putih bersih dan wajahnya sangat manis dan cantik dengan lesung pipit di kedua pipinya. “Wah, kamu sudah bangun ya?”. “Iya aku merasa lebih baik di sini, terimakasih ya atas pertolongannya”. “Iya sama-sama, Arkha dan Prima yang membawamu kesini semalam, mereka melihat kamu pingsan dan tergeletak begitu saja di tengah desa”. “Iya,iya..kami yang membawamu kesini Arya” jawab Arkha. “Oh, begitu kejadiannya, aku tidak tahu kenapa aku bisa pingsan, aku juga merasakan ada yang aneh dengan Cakraku semalam. Tapi, Terimakasih ya atas bantuan kalian semua” Ucap Arya.
            Sepertinya Arya tertarik dengan Gadis yang mengobatinya itu, seorang ninja medis yang hebat dan lembut. Karena penasaran Aryapun langsung bertanya. “terimakasih ya atas bantuannya, tapi apa aku boleh tau siapa namamu?”. Si gadis itu tersenyum mendengar pertanyaan Arya. “ya tentu saja Boleh, Kenalkan aku Hikari dari klan Haruno, aku adalah seorang ninja Medis. Aku sudah lama bekerja di sini, jadi ku sudah tahu tentang dirimu. Kamu adalah Arya dari klan Uchiha kan???”. Mendengar jawaban yang di lontarkan Hikari, Aryapun tersenyum juga. “Ya aku dari klan Uchiha, Haruno Hikari ya???hmm..nama yang bagus, kamu adalah ninja medis yang hebat..! Desa ini sangat membutuhkan ninja medis sepertimu”.
            Tak terasa telah lama mereka berbincang-bincang dan akhirnya Arya dan Hikaripun Saling mengenal dan menjadi sahabat. Arkha dan Primapun meminta ijin dengan Arya dan pulang kerumah masing-masing, sedangkan Arya masih di rumah sakit untuk istirahat sejenak. Karena merasa sudah sehat Aryapun berpamitan pada Hikari dan pulang kerumah.
            Hari demi hari telah berlalu, perlahan-lahan desa Konoha yang hancur di bangun kembali. Arya, Arkha dan Prima setiap harinya berlatih di hutan konoha. Lama kelamaan Jurus-jurus merekapun sudah cukup baik walaupun belum sempurna. Akhirnya mereka bertiga memutuskan untuk keluar dari desa dan menyempurnakan jurus-jurus mereka.
            Siang itu matahari tampak terik dengan panasnya yang hampir membakar kulit, Arya, Arkha dan Prima telah siap untuk meninggalkan desa. Sebelum meninggalkan desa, Arkha dan Prima tak lupa untuk berpamitan pada keluarganya, sedangkan Arya hanya berpamitan dengan teman-teman dan penduduk desa. Sekarang mereka siap untuk melangkah dan meninggalkan desa tercintanya. Tiba-tiba di depan pintu gerbang keluar desa Arya melihat seorang gadis yang sangat di kenalinya. Kakinya melangkah begitu cepat sehingga jarak Arya dan gadis itu begitu dekat. “Hikari…! Senang melihatmu kembali, apa yang sedang kamu lakukan di sini?”. Ucap Arya dengan nada senang. “ya Arya aku juga senang bertemu denganmu kembali, aku tahu kamu akan meninggalkan desa, makanya aku menunggumu di sini”. Jawab Hikari dengan nada sedih. “ Hikari… aku mengerti bagaimana perasaanmu, aku bersama Arkha dan Prima terpaksa melakukan ini, ini semua untuk desa kita. Kami akan menyempurnakan jurus kami di luar sana, aku janji aku akan kembali”. Hikaripun sejenak terdiam, sedih bercampur senang menyelimuti hatinya, ternyata Hikari jatuh Cinta pada Arya dan tak ingin di tinggalkan olehnya.

Bersambung...

Selasa, 08 Januari 2013

Kisah Cinta Sayyidina Ali ibnu Thalib dengan Fatimah Azzahra

Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali
yang tak dikisahkannya pada
siapapun.
Fathimah karib kecilnya, puteri
tersayang dari Sang Nabi yang
adalah sepupunya itu, sungguh
memesonanya.
Kesantunannya, ibadahnya,
kecekatan kerjanya, parasnya.
Lihatlah gadis itu pada suatu hari
ketika ayahnya pulang dengan
luka memercik darah dan kepala
yang dilumur isi perut unta. Ia
bersihkan hati-hati, ia seka
dengan penuh cinta. Ia bakar
perca, ia tempelkan ke luka untuk
menghentikan darah ayahnya.
Semuanya dilakukan dengan mata
gerimis dan hati menangis.
Muhammad bin ’Abdullah Sang
Tepercaya tak layak diperlakukan
demikian oleh kaumnya! Maka
gadis cilik itu bangkit. Gagah ia
berjalan menuju Ka’bah. Di sana,
para pemuka Quraisy yang semula
saling tertawa membanggakan
tindakannya pada Sang Nabi tiba-
tiba dicekam diam. Fathimah
menghardik mereka dan seolah
waktu berhenti, tak memberi
mulut-mulut jalang itu
kesempatan untuk menimpali.
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa
disebut cinta. Tapi, ia memang
tersentak ketika suatu hari
mendengar kabar yang
mengejutkan. Fathimah dilamar
seorang lelaki yang paling akrab
dan paling dekat kedudukannya
dengan Sang Nabi. Lelaki yang
membela Islam dengan harta dan
jiwa sejak awal-awal risalah.
Lelaki yang iman dan akhlaqnya
tak diragukan; Abu Bakr Ash
Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu
batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa
apalah ia dibanding Abu Bakr.
Kedudukan di sisi Nabi? Abu
Bakar lebih utama, mungkin
justru karena ia bukan kerabat
dekat Nabi seperti ’Ali, namun
keimanan dan pembelaannya
pada Allah dan RasulNya tak
tertandingi. Lihatlah bagaimana
Abu Bakar menjadi kawan
perjalanan Nabi dalam hijrah
sementara ’Ali bertugas
menggantikan beliau untuk
menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu
Bakar berda’wah. Lihatlah berapa
banyak tokoh bangsawan dan
saudagar Makkah yang masuk
Islam karena sentuhan Abu Bakar;
’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf,
Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi
Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak
mungkin dilakukan anak-anak
kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak
Muslim yang dibebaskan dan para
faqir yang dibela Abu Bakar; Bilal,
Khabbab, keluarga Yassir,
’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa
budak yang dibebaskan ’Ali? Dari
sisi finansial, Abu Bakr sang
saudagar, insya Allah lebih bisa
membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari
keluarga miskin. ”Inilah
persaudaraan dan cinta”, gumam
’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakar
atas diriku, aku mengutamakan
kebahagiaan Fathimah atas
cintaku.”
"Cinta tak pernah meminta untuk
menanti. Ia mengambil
kesempatan atau mempersilakan.
Ia adalah keberanian, atau
pengorbanan." Ucap Ali
Beberapa waktu berlalu, ternyata
Allah menumbuhkan kembali
tunas harap di hatinya yang
sempat layu.
Lamaran Abu Bakar ditolak. Dan
’Ali terus menjaga semangatnya
untuk mempersiapkan diri.
Ah, ujian itu rupanya belum
berakhir. Setelah Abu Bakar
mundur, datanglah melamar
Fathimah seorang laki-laki lain
yang gagah dan perkasa, seorang
lelaki yang sejak masuk Islamnya
membuat kaum Muslimin berani
tegak mengangkat muka, seorang
laki-laki yang membuat syaithan
berlari takut dan musuh- musuh
Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al
Faruq, sang pemisah kebenaran
dan kebathilan itu juga datang
melamar Fathimah. ’Umar
memang masuk Islam
belakangan, sekitar 3 tahun
setelah ’Ali dan Abu Bakar. Tapi
siapa yang menyangsikan
ketulusannya? Siapa yang
menyangsikan kecerdasannya
untuk mengejar pemahaman?.
Siapa yang menyangsikan semua
pembelaan dahsyat yang hanya
’Umar dan Hamzah yang mampu
memberikannya pada kaum
muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali
mendengar sendiri betapa
seringnya Nabi berkata, ”Aku
datang bersama Abu Bakar dan
’Umar, aku keluar bersama Abu
Bakar dan ’Umar, aku masuk
bersama Abu Bakar dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di
sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah.
Lalu coba bandingkan bagaimana
dia berhijrah dan bagaimana
’Umar melakukannya. ’Ali
menyusul sang Nabi dengan
sembunyi-sembunyi, dalam
kejaran musuh yang frustasi
karena tak menemukan beliau
Shallallaahu ’Alaihi Wassalam.
Maka ia hanya berani berjalan di
kelam malam. Selebihnya, di siang
hari dia mencari bayang-bayang
gundukan bukit pasir. Menanti
dan bersembunyi.
’Umar telah berangkat
sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali,
lalu naik ke atas Ka’bah.
”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini
putera Al Khaththab akan
berhijrah. Barang siapa yang
ingin isterinya menjanda, anaknya
menjadi yatim, atau ibunya
berkabung tanpa henti, silakan
hadang ’Umar di balik bukit ini!”
’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali,
sekali lagi sadar. Dinilai dari
semua segi dalam pandangan
orang banyak, dia pemuda yang
belum siap menikah. Apalagi
menikahi Fathimah binti
Rasulillah! Tidak.
’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali
ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk
menanti. Ia mengambil
kesempatan. Itulah keberanian,
atau mempersilakan. Yang ini
pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu
meruyak. Lamaran ’Umar juga
ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang
dikehendaki Nabi?.
Yang seperti ’Utsman sang
miliarderkah yang telah menikahi
Ruqayyah binti Rasulillah?.
Yang seperti Abul ’Ash ibn
Rabi’kah, saudagar Quraisy itu,
suami Zainab binti Rasulillah?.
Ah, dua menantu Rasulullah itu
sungguh membuatnya hilang
kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya
’Abdurrahman ibn ’Auf yang
setara dengan mereka. Atau
justru Nabi ingin mengambil
menantu dari Anshar untuk
mengeratkan kekerabatan
dengan mereka? Sa’d ibn
Mu’adzkah, sang pemimpin Aus
yang tampan dan elegan itu? Atau
Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin
Khazraj yang lincah penuh
semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang
mencoba kawan?”, kalimat
teman-teman Ansharnya itu
membangunkan lamunan.
”Mengapa engkau tak mencoba
melamar Fathimah? Aku punya
firasat, engkaulah yang ditunggu-
tunggu Baginda Nabi.. ””Aku?”,
tanyanya tak yakin.”Ya. Engkau
wahai saudaraku!””Aku hanya
pemuda miskin. Apa yang bisa
kuandalkan?””Kami di
belakangmu, kawan! Semoga
Allah menolongmu!”’
Ali pun menghadap Sang Nabi.
Maka dengan memberanikan diri,
disampaikannya keinginannya
untuk menikahi Fathimah. Ya,
menikahi. Ia tahu, secara ekonomi
tak ada yang menjanjikan pada
dirinya. Hanya ada satu set baju
besi di sana ditambah persediaan
tepung kasar untuk makannya.
Tapi meminta waktu dua atau tiga
tahun untuk bersiap-siap? Itu
memalukan! Meminta Fathimah
menantikannya di batas waktu
hingga ia siap? Itu sangat
kekanakan. Usianya telah
berkepala dua sekarang.”Engkau
pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu
nuraninya mengingatkan.
Pemuda yang siap
bertanggungjawab atas cintanya.
Pemuda yang siap memikul resiko
atas pilihan- pilihannya. Pemuda
yang yakin bahwa Allah Maha
Kaya.
Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa
sahlan!” Kata itu meluncur tenang
bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa
maksudnya? Ucapan selamat
datang itu sulit untuk bisa
dikatakan sebagai isyarat
penerimaan atau penolakan.
Ah, mungkin Nabi pun bingung
untuk menjawab. Mungkin tidak
sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu
resiko. Dan kejelasan jauh lebih
ringan daripada menanggung
beban tanya yang tak kunjung
berjawab. Apalagi menyimpannya
dalam hati sebagai bahtera tanpa
pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan?
Bagaimana
lamaranmu?””Entahlah..””Apa
maksudmu?””Menurut kalian
apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti
sebuah jawaban!””Dasar tolol!
Tolol!”, kata mereka,”Eh, maaf
kawan.. Maksud kami satu saja
sudah cukup dan kau
mendapatkan dua! Ahlan saja
sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan
kau mendapatkan Ahlan wa
Sahlan kawan! Dua-duanya berarti
ya !”Dan ’Ali pun menikahi
Fathimah.
Dengan menggadaikan baju
besinya. Dengan rumah yang
semula ingin disumbangkan ke
kawan-kawannya tapi Nabi
berkeras agar ia membayar
cicilannya.
Itu hutang.Dengan keberanian
untuk mengorbankan cintanya
bagi Abu Bakar, ’Umar, dan
Fathimah. Dengan keberanian
untuk menikah. Sekarang. Bukan
janji-janji dan nanti-nanti.
Subhanallah,
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak
heran kalau pemuda Arab
memiliki yel, “Laa fatan illa
‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali
Ali!” Inilah jalan cinta para
pejuang. Jalan yang
mempertemukan cinta dan semua
perasaan dengan tanggung
jawab. Dan di sini, cinta tak
pernah meminta untuk menanti.
Seperti ’Ali. Ia mempersilakan.
Atau mengambil kesempatan.
Yang pertama adalah
pengorbanan. Yang kedua adalah
keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga
yang dilakukan oleh Putri Sang
Nabi, dalam suatu riwayat
dikisahkan bahwa suatu hari
(setelah mereka menikah)
Fathimah berkata kepada ‘Ali,
“Maafkan aku, karena sebelum
menikah denganmu. Aku pernah
satu kali jatuh cinta pada seorang
pemuda ”‘Ali terkejut dan berkata,
“kalau begitu mengapa engkau
mau manikah denganku? dan
Siapakah pemuda itu?”Sambil
tersenyum Fathimah berkata, “Ya,
karena pemuda itu adalah
Dirimu.”
Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wassalam bersabda: “
Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla
memerintahkan aku untuk
menikahkan Fatimah puteri
Khadijah dengan Ali bin Abi
Thalib, maka saksikanlah
sesungguhnya aku telah
menikahkannya dengan
maskawin empat ratus Fidhdhah
(dalam nilai perak), dan Ali ridha
(menerima) mahar tersebut.”
Kemudian Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wassalam. mendoakan
keduanya: “Semoga Allah
mengumpulkan kesempurnaan
kalian berdua, membahagiakan
kesungguhan kalian berdua,
memberkahi kalian berdua, dan
mengeluarkan dari kalian berdua
kebajikan yang banyak.”
(Kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah
2:183, Bab 4).
Subhanallah,,
Sungguh Kisah yang Indah,
jawaban dari sebuah penantian
jua harapan,,
Semoga tumbuh semangat dijiwa-
jiwa yang ingin menyempurnakan
Agama Allah,,,
Menjemput Cinta dijalan Allah,,
Aamiin :)
Seperti Kata Sydina Ali, "Cinta tak
pernah meminta untuk menanti,
Ia mempersilahkan Jiwa untuk
menjemputnya dengan niat
mengharapkan Keutuhan Cinta
dihadap Allah azzaWajallah".
Subhanallah..
Semoga Membawa Manfaat
Sahabat,